Negara Independen, Wacana Dilirik Manusia



Negara Independen, Wacana Dilirik Manusia

            Hilang-lenyapnya Marhasan akhir-akhir ini membuat para Kokkonang hilang semangat, sebab hadirnya omongan ceplas-ceplos Marhasan di kompolan rutin dapat mencipta tawa air mata melalui kajian ilmiah yang diusung menjadi sebuah topik. Malahan pada pertemuan itu kehilangan sosok aktivis Kokkonang yang membuat gempar intelektual dan emosional, lenyap seketika sehingga kajian yang dibawa Dulhaddat terasa datar-datar saja, seperti sungai dan Marhasan adalah pencipta gelombangnya. Apalagi ditambah kasus Negara baru di luar angkasa bernama Asgardia yang banyak dilirik manusia. Lengkap sudah dekredasi kesemangatan para Kokkonang.
            Yang paling menurun di antara mereka, terutama adalah Dulhaddat. Maklumlah, diakui atau tidak dia adalah murid Marhasan. Banyak pelajaran yang diperoleh sewaktu berguru pada Marhasan, baik dalam hal mengkritisi masalah yang beredar di publik, sehingga timbul dalam benaknya kegelisahan atas melihat dunia melalui kaca mata psikologi atau wejengan keilmuan Timur Tengah yang hanya orang tertentu mengetahuinya. Dulhaddat ingat ceramah Marhasan waktu ngumpul, bahwa kehidupan terbagi menjadi lima fase: pertama, fase kenabian yang diakhiri wafatnya Nabi Muhammad. Fase kedua, fase khalifah yang diakhiri dengan wafatnya Sayyidina Ali. Ketiga, fase dinasti yang diakhiri dengan runtuhnya dinasti Ustmani di Turki. Keempat, fase kita. Islam menjadi agama terbanyak pengikutnya namun islam adalah pecundang. Islam diadu domba dengan saudara sendiri. Islam mudah terhasut budaya luar. Maka konsekwensinya adalah lupa terhadap Tuhan dan aturanNya. Pada fase keempat ini adalah awal dari kehancuran islam. Kelima, merupakan fase terakhir, islam akan jaya kembali ketika dipimpin Nabi Isa dan Imam Mahdi. Pada fase ini terbukanya gerbang Yaumul Qiyamah. Fakta sudah berbicara sejujurnya, tapi mengapa masih banyak orang tidak sadar? Apakah hal tersebut lelucon nenek moyang atau ninabobok seorang Ibu pada anaknya? Dunia telah men-gran desain untuk menjauhkan manusia dari fakta agama yang pernah difirmankan Tuhan pada Rosulnnya. Seolah hal itu gaib terjadi, sebab dunia masih canggih yang melampaui kegaiban tersebut.
            Tapi apa hubungannya dengan Marhasan.
            Sekarang, para Kokkonang baru berfikir agak serius tentang laki-laki aneh itu, siapa sebenarnya dia? Apa latar belakangnya? Pengalaman-pengalamannya yang luas itu sungguhnya meletakkan dia di mana?
            “Saya curiga Marhasan tidak punya KTP?” berkata Matra`i. “Bagaimana kalau dia kena operasi  zebra… lantas ditemukan oleh petugas  bahwa identitasnya tidak jelas”
            “Apalagi omongan Marhasan ceplas-ceplos,” Endu menyambung. “Dia `kan suka hal yang baru, katanya bukan “berpengalaman” kalau tidak menikmati segala hal baru… itu bisa dituduh eksploitasi diri”
            “Persis!” Dulhaddat menimpali. “Segala sesuatu apa yang tidak dinikmati Marhasan. Kayak tidak ada. Misalnya saja, dulu masih ngetrendnya belajar nahwu di pesantrenn – sebelum pesantren ini tidak ada komonitas nahwu, malah setelah datang santri pengabdian dari salah satu pesantren di kota Pamekasan membuat komonitas nahwu yang banyak diminati para santri -  sebelum mendengar itu, Marhasan jauh hari telah berguru nahwu dengan sistem sologan pada salah satu keluarga , sehingga setelah komonitas terbentuk, Marhasan menganggap sudah basi sebab sudah mencipcipi sebelumnya. Malah sekarang ada kabar baru yang mengejutkan publik, adalah terbentuknya Negara baru di luar angkasa bernama Asgardia yang didirikan oleh ilmuan Rusia bernama Ingos Ashurbeyli. Asgardia menjadi Negara independen pertama yang beroperasi di luar angkasa. Kehadirannya akan dilakukan tahun ini dengan mengirim satelit melalui wahana ruang angkasa milik NASA yang akan dibawa ke stasiun ruang angkasa, Internasional space stasion, milik badan luar angkasa Amerika Serikat. Banyak Negara-negara melirik atas penemuan ilmuan asal Rusia, bahkan sebagian besar Negara, penduduknya banyak yang hendak bermigrasi pada Negara Asgardia. Sejauh ini, orang yang terdaftar mencapai 2800.000 jiwa dari berbagai Negara. Kalau dipetak lagi. Indonesia menduduki porsi keempat mencapai 166.000 WNI di bawah Turki, Cina, dan Amerika Serikat. Pertanyaannya, mengapa WNI banyak mendaftar. Apakah nasionalismenya hilang? Alasannya, tinggal di langit adalah impian semua orang. Di Indonesia pun banyak terjadi peristiwa langit, seperti gerhana. Jadi kedekatan manusia dengan langit akan menjadi jalan dengan merespon setiap tawaran tentang perjalanan ke langit…”
            “Maaf saya potong dulu,” celetuk Dolala. “Apakah di Negara Asgardia ada sistem demokrasi pemerintahan seperti di bumi?”
            “Dalam konsep persyaratan pembenntukan Negara baru harus didasari dengan sistem pemerintahan demokrasi berdasarkan hokum. Warga Negara Asgardia pun diminta untuk turut andil memberikan suara demi perumusan dasar konstitusi Negara tersebut. Tujuan dibangunnya Asgardia: pertama,  Asgardia dilakukan untuk menjamin kehidupan antariksa secara damai. Kedua, Asgardia hadir untuk melindungi bumi dari ancaman objek luar angkasa seperti komet, badai matahari, dan masih banyak lagi.”
            “Berarti secara tidak langsung  Negara itu sudah menyalahi konsep Tuhan. Tuhan berada di tangan mereka!”
            “Jangan sok berfilsafat, ah?”
            “Kalian buka lagi kitab suci kita. Allah mengatakan Fil Ardi Khalifah? Allah tidak salah menciptkan pemimin di bumi bukan malah di luar angkasa. Karena bumi tempat kehidupan yang nyata. Manusia diciptakan untuk menjaga,, memelihara,, berkreasi bahkan berfikir sebagai tanda dari kekuasaan Tuhan. Banyak sekali Al Quran mengatakan kehidupan manusia adalah bumi. Allah telah mengonsep bumi sebagai tempat manusia sebelum pennciptaan Nabi Adam. Eh, malah sekarang ada negara luar angkasa. Hal tersebut menyalahkan konsep Tuhan?”
            “Saya katakan! Keputusannya belum final. Asgardia masih akan didaftarkan untuk mendapat pengajuan dari PBB sebagai bangsa pada 2018”
            “Saya percaya pada Allah. Karena tak mungkin Asgardia bisa direalisasikan, sebab PBB punya asas hukum bahwa Negara tidak boleh diluar angkasa”
            “Semoga saja tidak,” ucap Sugambar. “Yang kita persoalkan sekarang ini bukan Negara Asgardia, bukan kita, melainkan Marhasan”
            “Kenapa dengan Marhasan?”
            “Dia suka ngomong yang membahayakan!”
            “Karena dia patriotisme sejati!”
            “Itu menurut kamu! Tapi menurut mereka?”
            “Mereka siapa?”
            “Ya.. mereka?”
            “Tapi Marhasan tidak punya KTP! Padahal sekarang dia tidak tentu rimmbanya!”
            “Kan dia bisa ngilang?”
            “Siapa yang peduli sama manusia macam Marhasan? Dia itu orang kecil, yang kalau ada atau tidak ada, ya sama saja bagi Indonesia. Siapa peduli Marhasan? Toh, dia tidak pernah mencopet! Sekalian pergi ke Negara Asgardia, Indonesia tidak rugi!”
            “Ow, tidak… dia tidak punya KTP?”
            “Siapa bilang. Lha, wong surat kelakuan baik saja dia punya tiga lembar, entah bagaimana caranya memperoleh..”

Gersik Putih, 14 Agustus 2017

0 Response to "Negara Independen, Wacana Dilirik Manusia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel