Berbisnis? Belajar pada Jakarta!
Berbisnis?
Belajar pada Jakarta!
Saat malam menyelimuti tubuh Jakarta. Marhasan kala
itu mengepulkan asap rokoknya dan berkata serius: “Jakarta adalah kota tak
pernah tidur. Ya, wajar orang Madura banyak merantau ke Jakarta, ”
Saya tidak kaget mendengar kalimat itu, tapi
tertegun bahwa itu diucapkan justru oleh seorang yang baru pertama kali hidup
di kota metropolitan Jakarta. Apa gerangan bahasa jelas dari pikiran yang
dimaksudkan itu?
Sudah pasti bukan dalam pengertian verbal, bahwa
perantau nantinya pulang membawa uang. Jakarta ialah sebuah lapangan luas untuk
menampung seseorang berproses di dalamnya. Atau, arti gampangnya, adalah kota
kreativitas. Maka, seseorang nantinya dituntut berkreatif di dalam kota itu.
Melalui kreatif kota ini mengalami inovasi dalam setiap dekade. Jika
kreatifatas sangat diprioritaskan di setiap elemen kota, tho, mana mungkin
Jakarta bisa membangun gedung pecakar langit, jalan serba mewah, kota
berdisiplin dalam hal infrastuktur kalau bukan dengan cara kreatifitas? Jika, dipikir
secara matang Madura bisa menandingi atau lebih daru jakarta, seandainya
kreatifitas penduduk ditingkatkan. Hanya saja, setiap proses hebat pasti
diselingi dengan gangguan hebat juga, hal itu sudah wajib hukumnya. Coba lihat
Jakarta, jalan dilebarkan, jalan di atas jalan, transportasi serba canggih
seperti metro, BISWE, kereta bawah tanah, tapi mengapa masih terjadi kemacetan
secara keberlangsungan? Karena penduduk Jakarta cerdik, perlebaran jalan oleh
pemerintah dijadikan alat membeli mobil, ya, hasilnya tetap saja macet, lantas
siapa yang hendak dilasahkan pemerintah atau penduduknya?
Sesamasa saya ada di Jakarta 5 menit saja sepi dari
kendaraan berlaju di sepanjang jalan raya dekat toko sulit saya temukan pasti
ada kendaraan melaju entah, motor, mobil, truk, atau kontener berlalu lalang
setiap waktu? Hal ini adalah sebuah persepsi dari ucapan Marhasan, Jakarta
sebuah kota tak pernah tidur, berbeda dengan desa kita, malam sudah sepi, orang
pada tidur, jadi desa juga ikut tidur. Pernah saya bertanya pada penjual nasi
wuduk atas keramaian jalan. Menurutnya, bukannya orang Jakarta tidak suka
istirahat pada malam hari, tapi kepadatan pekerjaan individu menghapus rasa
kantuk dalam dirinya sebab kekantukan adalah buah dari kemiskinan. Makanya,
rata-rata penduduk Jakarta menduduki kelas terelit dalam sektor kekayaan. Besok
harinya mereka berangkat pagi-pagi untuk terhindar dari kemacetan kota agar
terhirdar dari amarah durja bos dan terpotongnya gaji bulanan. Jadi saya paham
perkataan Marhasan mengapa Jakarta disandingkan dengan kata tak pernah tidur
karena didorong oleh uang. Ya, uang obat kantuk yang senang bertengger di mata
manusia. Juga, uang bisa diartikan penghilang momen keharmonisan keluarga?
Keluarga bisa jadi korban sebab sehari semalam bukannya berkumpul dan berjenaka
bersama keluarga, malah berkumpul di depan tugas yang numpuk dan monitornya.
"Berbisnis? Belajar
pada Jakarta," tambah Marhasan.
Iya, berbisnis adalah tujuan
utama untuk duduk di kalas elit. Saya pun ada sebuah keinginan untuk berbisnis,
tapi apakah ada modal dan konsep? Saya katakan tidak! Jangankan modal, konsep
pun belum saya susun secara matang. Dua teori itu menjadi dasar pada setiap
calon pembisnis. Selain dua dasar itu perlu didukung dengan kebarinian mental,
sebab tak menutup kemungkinan karir yang tersusun akan gulung tikar kemudian
harinya. Bukannya mempersempit kemiskinan, malah semakin menambah karena
terkena penyakit struk, misalnya, 'kan butuh biaya lanjutan, atau bisa lumpuh
mentalnya.
Saya akan menjelaskan konsep
dasar terlebih dahulu sebelum masuk pada inti maksud ucapan Marhasan. Saya
awali dari modal. Mengapa setiap calon pembisnis perlu modal? Karena modal
adalah point terpenting dalam menejemen bisnis. Jika modal belum terpenuhi,
mana mungkin kita berbisnis! Emangnya beli barang dengan daun? Bagaimana cara
mendapatkan modal? Saya rasa gampang-sulit, sebab modal di sini selain menjadi
terpenting juga tantangannya terpenting pula. Banyak calon pebisnis gagal tahap
awal karena kesulitan mencari modal. Lantas, harapannya untuk mendusuki kelas
elit menjadi sirna seketika. Cara untuk me dapatkan modal, bisa meminjam uang
di bank sekian, bisa kerja dulu mengumpulkan uang, atau menjual barang milik
kita sendiri. Dari situ, baru kita kumpulkan uang sebagai modal untuk melangkah
pada tahap selanjutnya, yaitu konsep. Ada modal tapi konsep tidak matang,
siap-siap gulung tikar nantinya. Ada konsep, tapi tidak ada modal maka tidak
akan terwujud. Seperti itu logikanya. Konsep di sini hanyalah pematangan
bisnis. Bisnis yang awal terbentuk itu masih mentah, jadi perlu pematangan agar
nikmat dirasakan banyak orang. Jadi, konsep itu harus standart dan berkualitas
jika kita ingin hasilnya baik. Saya tak perlu menjelaskan sedetail mungkin
bagaimana cara mengonsep agar hasilnya baik. Hanya tulisan ini sebatas
pengambaran umum dan sederhana, perlu kiranya kalian nantinya jika ingin
menjadi pembisnis bisa membaca tulisan atau mkalah di buku atau media sosial.
Maksud ungkapan Marhasan
adalah, kita perlu belajar pada Jakarta. Konsep time is many jadikan
tampara semangat untuk kita. Jangan hanya diafalkan melainkan diaplikasikan
juga. Mengapa Jakarta bisa wauh dalam
berbisnis? Karena penduduknya telah sukses mengamalkan konsep waktu itu. Mereka
rela tak berkumpul bersama keluarga atau tak pulang ke rumah untuk mengejar
uang lewat waktu sempit yang diberikan Tuhan. Kadang mereka tidur di jalanan
bersama truk tercintanya, atau tidak di kantor bersama tugas menumpuk. Jadi
jangan heran Jakarta, bisa seperti itu karena ikhtiar penduduk dan Tuhan memberikan
nilai plus-plus pada Jakarta. Kota
lainnya, seperti Sumenep misalnya, bisa kok seperti Jakarta jika ikhtiar
ditingakatkan maka Tuhan memberikan nilau plus banyak pada kota Sumenep.
Pertanyaannya, apakah penduduk Sumenep mampu meniru Jakarta? Saya rasa mampu
asalkan tertanam niat menjadi pembisnis. Cepat-cepat Sumenep berguru pada
Jakarta agar tidak ada lagi pengaduan nasib ke tanah orang, melainkan ke tanah
sendiri. Sebab, pertarungan global semakin pesat dan cepat, jika seandainya
tidak segera bertindak maka bisa kalah dalam sektor ekonomis.
"Tapi Qiey, pembisnis
itu harus tertaman ketaqwaan pada Allah. Itu kunci terpenting dari penting
lainnya. Jika tidak, bisnis kita tidak berkah. Maju, tapi tak berlangsung lama,
atau balak dari Tuhan. Untuk apa dipertahankan? "
What is merit casino?
BalasHapusWhat is merit 메리트카지노 casino? Casino is a one-of-a-kind online casino where you can play casino 바카라 사이트 games and win real money. But what 인카지노 makes it so exciting